Sunday, March 23, 2014

Sesal

“Loe bilang ‘tu cewek manis, baik, pintar, dan……

“Apa?  Loe mau mundur?” teriak Reza mendengar perkataan Reno.
“Loe bilang ‘tu cewek manis, baik, pintar, dan ..akhh pokoknya segudang deh pujian loe sama tuh cewek.” Lanjutnya lagi merasa aneh.
“Dia terlalu baik, terlalu sempurna buat gue.” jelas Reno yang sepertinya berat tuk mengucapkannya. Mata Reza menatap dalam ke arah Reno yang tertunduk lesu.
“Beberapa hari yang lalu loe ceria sekali kalau bercerita tentang dia. Kalau ke sini pasti yang loe ceritain hanya dia, bahkan yang loe obrolin sama dia semua pasti loe certain. Itukan tandanya kalo loe emang suka sama dia , ya kan,” lanjut Reza panjang.

Reno dan Reza memang sudah lama bersahabat, sejak dari SMP dulu sampai sekarang setelah dua tahun tamat SMU pun mereka masih suka ngumpul sama-sama. Jadi emang aneh bagi Reza kalo si Reno yang gak gampang suka sama seorang cewek malah mau mundur, giliran udah dapet cewek yang udah cocok dengan tipenya. Reno yang tadinya tertunduk seperti menghitung butiran pasir di halaman rumahnya, sekarang ganti menengadahkan wajahnya ke atas lalu menarik napas dalam-dalam.
“Kekurangan gue terlalu banyak untuk bisa mendampinginya Za, seperti yang udah gue certain. Dia itu mahasiswi, cantik, kaya sedangkan gue, banyaklah kekurangan dari diri gue ini, Za.”
“Ahh, loe cuma kurang percaya diri aja, kita ini menganggur ‘kan cuma kita belom dapet jalan aja. Lagi pula tidak selamanya  cinta memerlukan itu semua! Yang penting loe setia sama dia itu aja. Dan soal kesetiaan, gue tau loe gak diraguin lagi.” Reza memberikan semangat…..
“Seharusnya loe bersyukur punya kesempatan dapet cewek kayak dia walaupun gue belum kenal sama dia, tapi gue tau kok kalau Silfa itu adalah tipe cewek idaman loe.”
Reza tidak mau temannya kehilangan sesuatu yang berarti.. Matahari sudah mengeringkan embun yang tadinya sudah menempel di atas rumput, saat Reno mau membuka mata dari tidurnya yang tidak nyenyak.
“Ya ampuuunnnn, udah jam sepuluh! Waduuuhhh telat,, bisa jadi gak latihan nih.” Gerutu Reno seraya melompat dari tempat tidurnya, belum sampai lima menit Reno udah keliatan rapi.
“Kok aku gak dibangunin lebih pagi sih, Bu?” Tanya Reno pada ibunya yang lagi masak di dapur.
“Kamu aja yang gak denger waktu dibangunin, bahkan adikmu udah dua kali mengetuk pintu kamar kamu sebelum berangkat sekolah tadi. Memangnya kamu mau kemana, sih? Kok gak pesan ke Ibu tadi malam?”
“Aku mau ke rumah Reza, mau latihan band. Yaudah, aku pergi dulu ya , bu.”
Reno berjalan agak tergesa-gesa, lalu berdiri dipinggir jalan menunggu mobil yang akan mengantarnya ke rumah Reza. Sesekali Reno memainkan jam yang melingkar di lehernya, kalung pemberian Silfa. Sementara di tempat latihan, “Sudahlah kita gak usah nungguin Reno. Latihan aja dulu.” Ajakan Dede sambil memutar-mutar stik drum di tangannya.
“Ya udah, ini kan hari pertama kita latihan lagi. Mungkin Reno udah lupa,” Reza mencoba menyabarkan teman-temannya walau dia sendiri kesal. Belum lama setelah Reza bicara, bel dirumahnya berbunyi,
“Itu mungkin Reno,” katanya.
“Sorry guys telat, gue gak bisa tidur semalem,” jelas Reno, saat melihat wajah Reza yang kesal gak karuan.
“Karna Silfa? Mestinya gak usah loe pikirin.”
“Tapi Za…”
“Akhh udahlah cepet masuk, yang lain udah pada nunggu loe sampe gosong tuh.”
Sudah satu jam lebih mereka latihan, tapi belum juga menghasilkan apa-apa. Jam tiga sore anak-anak band Koper udah pada pulang satu persatu, kini cuma Reza dan Reno.
“Ayo kita ke teras aja, Ren. Bosen disini, gerah lagi.” Ajak Reza.
Reza seperti ga percaya pada apa yang dilihatnya, ketika Reno menyelipkan sebatang rokok di ujung bibirnya. Padahal setahunya Reno gak suka ngerokok.
“Astaga Ren, setahu gue loe mencium asapnya aja enggak suka. Apalagi kalau ngerokok, ehm… pantesan dari tadi loe diam mulu.” Tebak Reza.
“Pikiran gue gak karuan Za, gue gak tau apa yang harus gue perbuat. Gue suka sama dia, tapi gue rasa gue gak pantes buat dia.” Keluh Reno.
Reza mengambil rokok dari bibir Reno kemudian membuangnya ke tempat sampah.

“Itu salah,Ren. Asap rokok gak bisa menyelesaikan  masalah, malah cuma ngancurin kesehatan loe. Mungkin keputusan loe udah bulat, tapi loe harus pikirkan perasaan Silfa. Gimana kalau Silfa suka banget sama loe, apa loe tega tinggalin dia?” Reza berkata pelan, serasa nasehatnya gak ada artinya lagi.
Keesokan harinya Reza pergi menemui Elin.
“Permisi Pak, Elin-nya ada?” Tanya Reza pada seorang laki-laki yang sedang memangkas rumput di depan sebuah rumah mewah.
“Oh.. ada.. ada. .. dia  ada didalam kok. Liinn.. ada yang nyari niih!”
Beberapa menit kemudian tampak  keluar dua cewek dari dalam rumah. Reza mengenal salah seorang yang berjalan didepan, Elin. Tapi yang dibelakangnya, yang sedang mengipas-ngipaskan sebuah majalah sepertinya baru dilihat oleh Reza.
“Eh, Kak Reza. Ada apa Kak? Ayo masuk kak. Oh iya,, kenalin nih kak temanku, Silfa.”
“Oh… jadi kamu yang bernama Silfa, yaudah sekalian aja deh.”
“Tadi malam Reno ke rumah saya nganter surat ini.” Jelas Reza yang tidak melihat perubahan pada raut wajah Silfa.
“Apaan yach, kayaknya ada yang penting?” Tanya Silfa.
“Dia mau ke Lampung, padahal kami mau ikutan festival band,. Bla bla bla…” Reza ngomong panjang lebar sambil berjalan keluar rumah.
“Kapan berangkatnya?” Tanya Silfa.
“Sebentar lagi,” sahut Reza.
“Silfa.. tunggu aku!” teriak Elin sambil lari mendekatinya.
Kebetulan sebuah taksi lewat , lalu keduanya masuk kedalam taksi. Tinggal Reza yang bengong. Di dalam taksi yang menuju rumah Reno, Silfa membuka surat dan membacanya,

Silfa yang baik.
“ Hari ini, aku akan pergi ke Lampung. Memang benar semua perkataan kamu. Cewek ingin melihat cowoknya  baik-baik tapi aku……apa…..semua yang kamu inginkan gak ada pada diri ku. Aku memang pantas tinggalin kamu, mungkin aku adalah cowok yang terburuk yang pernah kamu kenal dan jumpai dalam kehidupanmu.
Aku terlalu bodoh, terlalu GR untuk mendapatkan cinta kamu yang tulus dan murni……
Aku pergi karena aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu merasakan kecewa lagi. Silfa… aku gak punya sesuatu yang bisa aku banggakan untuk dapat mendampingi kamu.
Aku berharap kamu dapat mencari pengganti aku yang tentunya lebih baik dari aku …”

Sebelum Silfa selesai membaca surat Reno itu, taksi sudah sampai di depan rumah Reno yang sudah sepi, hening, dan Reno sudah pergi.

1 comment:

Anonymous said...

The King Casino - CommunityKhabar
The King Casino is the only casino near the casino. All casino games are legal and the game variety communitykhabar is wooricasinos.info huge! The games are also available at goyangfc any 출장안마 of the