“Loe bilang ‘tu cewek manis, baik, pintar, dan……
“Apa? Loe mau
mundur?” teriak Reza mendengar perkataan Reno.
“Loe bilang ‘tu cewek manis, baik, pintar, dan ..akhh
pokoknya segudang deh pujian loe sama tuh cewek.” Lanjutnya lagi merasa aneh.
“Dia terlalu baik, terlalu sempurna buat gue.” jelas Reno
yang sepertinya berat tuk mengucapkannya. Mata Reza menatap dalam ke arah Reno
yang tertunduk lesu.
“Beberapa hari yang lalu loe ceria sekali kalau bercerita
tentang dia. Kalau ke sini pasti yang loe ceritain hanya dia, bahkan yang loe
obrolin sama dia semua pasti loe certain. Itukan tandanya kalo loe emang suka
sama dia , ya kan,” lanjut Reza panjang.
Reno dan Reza memang sudah lama bersahabat, sejak dari SMP
dulu sampai sekarang setelah dua tahun tamat SMU pun mereka masih suka ngumpul
sama-sama. Jadi emang aneh bagi Reza kalo si Reno yang gak gampang suka sama
seorang cewek malah mau mundur, giliran udah dapet cewek yang udah cocok dengan
tipenya. Reno yang tadinya tertunduk seperti menghitung butiran pasir di
halaman rumahnya, sekarang ganti menengadahkan wajahnya ke atas lalu menarik
napas dalam-dalam.
“Kekurangan gue terlalu banyak untuk bisa mendampinginya Za,
seperti yang udah gue certain. Dia itu mahasiswi, cantik, kaya sedangkan gue,
banyaklah kekurangan dari diri gue ini, Za.”
“Ahh, loe cuma kurang percaya diri aja, kita ini menganggur
‘kan cuma kita belom dapet jalan aja. Lagi pula tidak selamanya cinta memerlukan itu semua! Yang penting loe
setia sama dia itu aja. Dan soal kesetiaan, gue tau loe gak diraguin lagi.”
Reza memberikan semangat…..
“Seharusnya loe bersyukur punya kesempatan dapet cewek kayak
dia walaupun gue belum kenal sama dia, tapi gue tau kok kalau Silfa itu adalah
tipe cewek idaman loe.”
Reza tidak mau temannya kehilangan sesuatu yang berarti..
Matahari sudah mengeringkan embun yang tadinya sudah menempel di atas rumput,
saat Reno mau membuka mata dari tidurnya yang tidak nyenyak.
“Ya ampuuunnnn, udah jam sepuluh! Waduuuhhh telat,, bisa
jadi gak latihan nih.” Gerutu Reno seraya melompat dari tempat tidurnya, belum
sampai lima menit Reno udah keliatan rapi.
“Kok aku gak dibangunin lebih pagi sih, Bu?” Tanya Reno pada
ibunya yang lagi masak di dapur.
“Kamu aja yang gak denger waktu dibangunin, bahkan adikmu
udah dua kali mengetuk pintu kamar kamu sebelum berangkat sekolah tadi.
Memangnya kamu mau kemana, sih? Kok gak pesan ke Ibu tadi malam?”
“Aku mau ke rumah Reza, mau latihan band. Yaudah, aku pergi
dulu ya , bu.”
Reno berjalan agak tergesa-gesa, lalu berdiri dipinggir
jalan menunggu mobil yang akan mengantarnya ke rumah Reza. Sesekali Reno
memainkan jam yang melingkar di lehernya, kalung pemberian Silfa. Sementara di
tempat latihan, “Sudahlah kita gak usah nungguin Reno. Latihan aja dulu.”
Ajakan Dede sambil memutar-mutar stik drum di tangannya.
“Ya udah, ini kan hari pertama kita latihan lagi. Mungkin
Reno udah lupa,” Reza mencoba menyabarkan teman-temannya walau dia sendiri
kesal. Belum lama setelah Reza bicara, bel dirumahnya berbunyi,
“Itu mungkin Reno,” katanya.
“Sorry guys telat, gue gak bisa tidur semalem,” jelas Reno,
saat melihat wajah Reza yang kesal gak karuan.
“Karna Silfa? Mestinya gak usah loe pikirin.”
“Tapi Za…”
“Karna Silfa? Mestinya gak usah loe pikirin.”
“Tapi Za…”
“Akhh udahlah cepet masuk, yang lain udah pada nunggu loe
sampe gosong tuh.”
Sudah satu jam lebih mereka latihan, tapi belum juga
menghasilkan apa-apa. Jam tiga sore anak-anak band Koper udah pada pulang satu
persatu, kini cuma Reza dan Reno.
“Ayo kita ke teras aja, Ren. Bosen disini, gerah lagi.” Ajak
Reza.
Reza seperti ga percaya pada apa yang dilihatnya, ketika
Reno menyelipkan sebatang rokok di ujung bibirnya. Padahal setahunya Reno gak
suka ngerokok.
“Astaga Ren, setahu gue loe mencium asapnya aja enggak suka.
Apalagi kalau ngerokok, ehm… pantesan dari tadi loe diam mulu.” Tebak Reza.
“Pikiran gue gak karuan Za, gue gak tau apa yang harus gue
perbuat. Gue suka sama dia, tapi gue rasa gue gak pantes buat dia.” Keluh Reno.
Reza mengambil rokok dari bibir Reno kemudian membuangnya ke
tempat sampah.
“Itu salah,Ren. Asap rokok gak bisa menyelesaikan masalah, malah cuma ngancurin kesehatan loe. Mungkin keputusan loe udah bulat, tapi loe harus pikirkan perasaan Silfa. Gimana kalau Silfa suka banget sama loe, apa loe tega tinggalin dia?” Reza berkata pelan, serasa nasehatnya gak ada artinya lagi.
Keesokan harinya Reza pergi menemui Elin.
“Permisi Pak, Elin-nya ada?” Tanya Reza pada seorang laki-laki
yang sedang memangkas rumput di depan sebuah rumah mewah.
“Oh.. ada.. ada. .. dia
ada didalam kok. Liinn.. ada yang nyari niih!”
Beberapa menit kemudian tampak keluar dua cewek dari dalam rumah. Reza
mengenal salah seorang yang berjalan didepan, Elin. Tapi yang dibelakangnya,
yang sedang mengipas-ngipaskan sebuah majalah sepertinya baru dilihat oleh
Reza.
“Eh, Kak Reza. Ada apa Kak? Ayo masuk kak. Oh iya,, kenalin
nih kak temanku, Silfa.”
“Oh… jadi kamu yang bernama Silfa, yaudah sekalian aja deh.”
“Tadi malam Reno ke rumah saya nganter surat ini.” Jelas
Reza yang tidak melihat perubahan pada raut wajah Silfa.
“Apaan yach, kayaknya ada yang penting?” Tanya Silfa.
“Dia mau ke Lampung, padahal kami mau ikutan festival band,.
Bla bla bla…” Reza ngomong panjang lebar sambil berjalan keluar rumah.
“Kapan berangkatnya?” Tanya Silfa.
“Sebentar lagi,” sahut Reza.
“Silfa.. tunggu aku!” teriak Elin sambil lari mendekatinya.
Kebetulan sebuah taksi lewat , lalu keduanya masuk kedalam
taksi. Tinggal Reza yang bengong. Di dalam taksi yang menuju rumah Reno, Silfa
membuka surat dan membacanya,
Silfa yang baik.
“ Hari ini, aku akan
pergi ke Lampung. Memang benar semua perkataan kamu. Cewek ingin melihat
cowoknya baik-baik tapi aku……apa…..semua
yang kamu inginkan gak ada pada diri ku. Aku memang pantas tinggalin kamu,
mungkin aku adalah cowok yang terburuk yang pernah kamu kenal dan jumpai dalam
kehidupanmu.
Aku terlalu bodoh, terlalu
GR untuk mendapatkan cinta kamu yang tulus dan murni……
Aku pergi karena aku sayang
sama kamu. Aku gak mau kamu merasakan kecewa lagi. Silfa… aku gak punya sesuatu
yang bisa aku banggakan untuk dapat mendampingi kamu.
Aku berharap kamu
dapat mencari pengganti aku yang tentunya lebih baik dari aku …”
Sebelum Silfa selesai membaca surat Reno itu, taksi sudah
sampai di depan rumah Reno yang sudah sepi, hening, dan Reno sudah pergi.
1 comment:
The King Casino - CommunityKhabar
The King Casino is the only casino near the casino. All casino games are legal and the game variety communitykhabar is wooricasinos.info huge! The games are also available at goyangfc any 출장안마 of the
Post a Comment